Topik : Banjir.
Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan dampak banjir.
Tema : Banjir di Indonesia.
1. Banjir yang terjadi di Indonesia
1.1. Banjir di Pulau Jawa
1.1.1. Banjir di DKI Jakarta
1.1.2. Banjir di Surabaya
1.2. Banjir di luar Pulau Jawa
1.2.1. Banjir di Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
1.2.2. Banjir di Papua
2. Penyebab Banjir di Indonesia
2.1. Faktor Alam
2.1.1 Cuaca yang Extrim
2.1.2 Banjir Kiriman
2.2. Kelalaian Manusia
2.2.1 Penebangan Hutan
2.2.2 Membuang Sampah Sembarang
2.2.3 Tanah Resapan Air Berkurang
2.2.4 Pendangkalan Sungai
3. Dampak yang timbul akibat Banjir
3.1. Timbulnya Penyakit
3.2. Mematikan Usaha
3.3. Kerugian Administrasi
3.4. Kembali ke Titik Nol
4. Menanggulangi Dampak Banjir
4.1 Penjagaan Area Resapan Air
4.2 Proyek Pengerukan Sungai
4.3 Reboisasi Hutan Gundul
Sumber :
Jumat, 27 Desember 2013
Selasa, 26 November 2013
Kerangka Karangan(Outline)
Pengertian
Kerangka karangan atau outline merupakan rencana penulisan yang
memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
tersktruktur, dan teratur. Atau dapat juga didefinisikan sebagai satu
metode dalam pembuatan karangan yang mana topik nya dipecah kedalam sub-sub
topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci.
Tujuan
Tujuannya adalah agar
kita dapat membuat kerangka karangan yang baik, benar dan logis, kita dapat
membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan dan
kita juga menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
Manfaat Kerangka Karangan
1.
Untuk menyusun kerangka
karangan secara teratur.
2.
Memudahkan penulis
menciptakan klimaks yang berbeda-beda
3.
Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
4.
Memudahkan penulis
untuk mencari materi
5.
Untuk menjamin
penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka yang
baik tidak sekali dibuat. Penulisan dalam menyusun kerangka karangan selalu
berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama. Langkah ini tidak mutlak harus di
ikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir, orang yang mahir menulis
tulisan-tulisan yang kompleks atau dengan mudah menyusun kerangka karangan.
Langkah-langkah untuk
menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut :
1.
Rumusan Tema / masalah
yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik
tersebut. tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan
haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
2.
Langkah yang kedua
adalah rovertansasi topik-topik bahwa yang dianggap merupakan perincian dari
tesis atau pengungkapan maksud, dalam hal ini penulisan boleh mencatat
sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak
perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
3.
Langkah yang ketiga
adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah dicatat pada
langkah kedua diatas.
4.
Patuh pada kerangka
karangan yang telah kita buat sebelumnya.
Pola Susunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu
susunan kerangka karangan yang teratur biasanya digunakan beberapa tipe
susunan, pola alamiah dan pola logis.
1. Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas – bawah, melintang – menyeberang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas – bawah, melintang – menyeberang, sekarang – nanti, dulu – sekarang, timur – barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
·
Urutan waktu atau
urutan kronologis
·
Urutan ruang (sposial)
·
Topik yang ada
2. Pola Logis
Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :
Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :
·
Urutan klimaks dan
anti klimaks
·
Urutan klausal
·
Urutan pemisahan
masalah
·
Urutan umum – khusus
·
Urutan familitas
·
Urutan akseptabilitas
Syarat-syarat Kerangka
Karangan Yang Baik
·
Tesis atau
pengungkapan maksud harus jelas.
·
Tiap unsur dalam
kerangka karanga hanya mengandung satu gagasan.
·
Pokok-pokok dalam
kerangka karangan harus disusun secara logis.
·
Terus mempergunakan
pasangan simbol yang konsisten.
Membuat Kerangka Karangan
Ada 2 macam karangan
yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi
lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata
(benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh
karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan.
Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang
berupa cerita yang tidak mungkin terjadi.
Langkah-Langkah
Menyusun Karangan :
1. Menentukan tema dan
judul
Sebelum anda mau
melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila
menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan,
atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud
dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan
menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan
awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Tema sangat
terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan
membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis
memperoleh tema. Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal
penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
·
Jangan mengambil tema
yang bahasannya terlalu luas.
·
Pilih tema yang kita
sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
·
Pilih tema yang sumber
atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang memang dalam
menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas.
Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya
bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas
tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu
caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang
dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
2. Mengumpulkan bahan
Setelah punya tujuan,
dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada
bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide,
dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide
tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada
dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan,
kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis)
dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar
ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang
tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis
mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Setelah ada bekal, dan
mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan
abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya
melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti
dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:
·
Catat hal penting
semampunya.
·
Jadikan membaca
sebagai kebutuhan.
·
Banyak diskusi, dan
mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Tahapan dalam
menyusun kerangka karangan.
·
Mencatat gagasan. Alat
yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan
gagasan-gagasan yang timbul).
·
Mengatur urutan
gagasan.
·
Memeriksa kembali yang
telah diatur dalam bab dan subbab.
·
Membuat kerangka yang
terperinci dan lengkap.
5. Mengembangkan
kerangka karangan
Proses pengembangan
karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak
kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat
diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan
materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan
karangan.
Pengembangan karangan
juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu
pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus
disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada
tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.
Contoh kerangka karangan yang baik
Agar karangan kita
dapat terorganisasikan dengan baik, kita perlu menyusun kerangka (outline) atau
garis-garis besarnya. Suatu kerangka karangan merupakan sebuah rancangan atau
rencana kerja yang mengarahkan penulis agar dapat menyusun gagasan-gagasan
secara teratur dan logis. Penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan agar
penulis terhindarkan dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.
Kegunaan kerangka
karangan bagi seorang penulis, antara lain, adalah:
1.
Membantu penulis
menyusun karangan secara teratur sehingga tidak membahas satu gagasan sampai
dua kali atau bahkan lebih.
2.
Mencegah penulis
keluar dari ruang-lingkup topik yang telah dirumuskan.
3.
Memperlihatkan
bagian-bagian pokok suatu karangan serta memberi kemungkinan bagi perluasan
bagian-bagian tersebut.
4.
Memperlihatkan kepada
penulis bahan-bahan atau materi apa yang diperlukan dalam pembahasan yang akan
ditulisnya nanti.
Daftar Pustaka
Jumat, 08 November 2013
MEMBEDAKAN TOPIK, TEMA, DAN JUDUL
Topik, tema, dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya,
yaitu pokok pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu
karangan, dan nama yang digunakan untuk makalah atau buku atau gubahan sajak.
Untuk jelasnya, marilah kita kutip apa yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa lewat
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sbb.
1.1 PENGERTIAN TOPIK
Topik adalah pokok pembicaraan, pokok bahasan, atau
masalah yang akan dibahas. Sebagai pokok atau pangkal bahasan, topik harus di identifikasi
terlebih dahulu sebelum kegiatan menulis dilakukan. Topik bisa juga disebut
pokok bahasan yang dapat mengantarkan seorang penulis untuk menghasilkan sebuah
tema dari penelitian yang dilakukan. Topik dapat terdiri dari satu kata saja.
Topik ini dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang harus di identifikasi
agar terkuak apa maksud dibalik topik yang dipilih. Jadi kita harus memilih
salah satu agar kita bisa membatasi topik tersebut (spesifikasi).
1.2. SYARAT-SYARAT TOPIK YANG BAIK:
a. Topik harus menarik perhatian penulis.
Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang
penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya.Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan itu
sebaik-baiknya.Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan
kesalahan.Bila terdapat hambatan ,penulis tidak akan berusaha denngan sekuat
tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah.
b. Diketahui oleh penulis.
Penulis hendaklah mengerti atau
mengetahui meskipun baru prinsip-prinsip ilmiahnya. Contoh:
• Mencari sumber-sumber data .
• Metode atau penerapan yang digunakan.
• Metode analisis yang akan digunakan.
• Buku-buku referensi yang digunakan.
c. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan
terlalu kontroversial.
Bagi penulis pemula,topik yang baru kemungkinan belum ada
referensinya dalam kepustakaan.Topik yang terlalu teknis kemungkinan dapat
menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.Topik yang
kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.
d. Bermanfaat.
Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi
akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun dari segi praktis.
e. Jangan terlau luas.
Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis.Setipa
penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan
berbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.
f. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
f. Topik yang dipilih harus berada disekitar kita.
g. Topik yang dipilih harus yang menarik.
h. Topik yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
i. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
j. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip
ilmiahnya. topik yang di pilih jangan terlalu baru.
k. Topik yang dipilih memiliki sumber acuan.
1.3. PEMBATASAN TOPIK
Topik yang akan diangkat dalam permasalahan haru dibatasi
sampai tahap yang paling sempit dan terbatas agar pembatasanny tidak terlalu
luas dan terarah.Cara mempersempit itu seperti disebutkan “Cipta Lika Caraka”
dapat dilakukan sebagai berikut.
A. Menurut tempat
Contoh, Indonesia lebih khusus daripada dunia, pulau jawa
lebih khusus daripada tanah air Indonesia, dan sebagainya.
B. Menurut waktu/ periode zaman
Contoh, “Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan
Islam di Masa Nabi Muhammad SAW”
C. Menurut Hubungan Kausal
Contoh, “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya
menjadi “Sebabnya Islam Tersiar”
D. Menurut pembagian bidang
kehidupan manusia (politik, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, kesenian). Contoh: Topi “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi
menjadi “ Pembangunan Politik Masa Orde Baru”
E. Menurut aspek
umum-khusus
Contoh, Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978
Terhadap Masyarakat” dapat dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan 1978
Terhadap Usaha Kerajinan Rotan di Amuntai”
F. Menurut objek material
dan objek formal
Objek material ialah bahan yang dibicarakan, sebagai objek
formal ialah dari sudut mana bahan itu ditinjau.
Contoh: “Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi
Kebebasannya. Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material, dan di
Tinjau dari Segi Kebebasannya adalah objek material.[8]
Cara Membatasi Topik
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut:
1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3.Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4.Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.
1.4. SUMBER-SUMBER MENDAPATKAN TOPIK
Sumber-sumber untuk menulis sebuah topik datangnya bisa
lewat mana saja , antara lain yaitu sebagai berikut:
- Sumber pengalaman
kita ataupun orang lain.
- Sumber-sumber
pengamatan.
- Sumber-sumber
imajinasi.
- Dan hasil dari
penalaran kita.
2.1 PENGERTIAN TEMA
Tema berasal dari bahasa Yunani “thithenai”, berarti sesuatu
yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema merupakan amanat
utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang
mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun.
Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi
tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan
artikel itu.
2. 2 SYARAT-SYARAT TEMA
YANG BAIK
1. Tema menarik perhatian penulis.
Dapat membuat seorang penulis
berusaha terus-menerus untuk membuat tulisan atau karangan yang berkaitan
dengan tema tersebut.
2. Tema dikenal/diketahui dengan baik.
Maksudnya pengetahuan umum yang
berhubungan dengan tema tersebut sudah dimilki oleh penulis supaya lebih mudah
dalam penulisan tulisan/karangan.
3. Bahan-bahannya dapat diperoleh.
Sebuh tema yang baik harus
dapat dipikirkan apakah bahannya cukup tersedia di sekitar kita atau tidak.
Bila cukup tersedia, hal ini memungkinkan penulis untuk dapat memperolehnya
kemudian mempelajari dan menguasai sepenuhnya.
4. Tema dibatasi ruang lingkupnya.
Tema yang terlampau umum dan luas
yang mungkin belum cukup kemampuannya untuk menggarapnya akan lebih bijaksana
kalau dibatasi ruang lingkupnya.
tema dapat dikesan melalui:
1. Perwatakan watak-watak dalam sesebuah cerita.
2. Peristiwa,kisah,suasana dan unsur lain seperti
nilai-nilai kemanusian dan kemasyarakatan yang terdapat dalam cerita.
3. Persoalan-persoalan yang disungguhkan dan kemudian mendapatkan
pokok persoalannya secara
keseluruhan.
4. Plot cerita.
5. Tema harus Bermanfaat.
6. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita.
7. Tema yang dipilih harus yang menarik.
8. Tema yang dipilih ruang lingkup sempit dan terbatas.
9. Tema yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.
10. Tema yang dipilih harus memiliki sumber acuan.
2.3 SUMBER-SUMBER
MENDAPATKAN TEMA
Sumber-sumber untuk menulis sebuah tema datangnya bisa lewat
mana saja , kapan saja, dan dimana saja antara lain yaitu sebagai berikut:
- Sumber
pengalaman kita ataupun orang lain.
- Sumber-sumber
pengamatan.
- Sumber-sumber
imajinasi.
- Dan
hasil dari penalaran kita.
3.1 PENGERTIAN JUDUL
Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul
lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang
akan dibahas. Judul juga merupakan nama yang dipakai untuk buku, bab dalam
buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya
tulis, bersipat menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya
menentukan wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala
tulisan.
Ada yang mendefinisikan Judul adalah lukisan singkat suatu
artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan
ringkas, padat dan menarik. Judul artikel diusahakan tidak lebih dari lima
kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul tidak harus sama dengan
topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum
dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema,
shingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang
baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.
Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang
terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang
akan diuraikan dalam karya itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang,
misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang
Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai.
3.2 FUNGSI JUDUL :
• Merupakan identitas atau cermin dari jiwa
seluruh tulisan.
• Temanya menjelaskan diri dan menarik
sehingga mengundang orang untuk
membaca isinya.
• Gambaran global tentang arah, maksud,
tujuan, dan ruang lingkupnya.
• Relevan dengan seluruh isi tulisan,
maksud masalah, dan tujuannya.
3.3 SYARAT- SYARAT PEMBUATAN
JUDUL :
• Harus relevan = Mempunyai keterkaitan
dengan temanya atau bagian-bagian penting dari tema.
• Harus provokatif = Menarik sedemikian
rupa sehingga menimbulkan rasa ingin tahu tiap pembaca terhadap isi tulisan.
• Harus singkat = Tidak boleh mengambil
kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian
kata yang singkat. Jika penulis tidak dapat menghindari judul yang panjang,
maka dapat menggunakan solusi dengan membuat judul utama yang singkat, tetapi
dengan judul tambahan yang panjang.
• Harus asli = Jangan menggunakan judul
yang sudah pernah dipakai.
3.4 SYARAT-SYARAT JUDUL YANG
BAIK :
• Harus berbentuk frasa.
• Tanpa ada singkatan atau
akronim.
• Awal kata harus huruf
kapital, kecuali preposisi dan konjungsi.
• Tanpa tanda baca di akhir
judul.
• Menarik.
• Logis.
• Sesuai dengan isi.
2.5 MACAM-MACAM JUDUL:
• Judul langsung : Judul yang erat kaitannya
dengan bagian utama berita, sehingga hubungannya dengan bagian utama berita
terlihat jelas.
• Judul tak langsung : Judul yang hubungannya
tidak langsung dengan bagian utama berita, tetapi tetap menjiwai seluruh isi
tulisan.
Perbedaan antara Tema, Topik, dan Judul :
Tema merupakan pokok pemikiran, ide atau gagasan tertentu
yang akan disampaikan oleh penulis melalui karangannya.Dan tema juga merupakan
dasar cerita (yang dipercakapkan-dsb), yang dipakai sebagai dasar mengarang,
mengubah sajak,dsb.
Topik merupakan pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah,
karangan, dsb. Topik juga merupakan ide sentral yang mengikat keseluruhan
uraian, deskripsi, penjelasan, dan seluruh pembuktian.
Judul merupakan kepala karangan (cerita,drama,dsb) atau
perincian atau penjabaran dari topik dan judul dapat juga merupakan nama yang
dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara pendek isi buku
atau bab.[14]
SUMBER :
ALINEA (PARAGRAF)
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang
biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun
beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu
kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang
hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam
pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena
disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea
semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab
formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah
karangan.
MANFAAT PENULISAN ALINEA
Paragraf merupakan kalimat-kalimat yang memperlihatkan
kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk
gagasan atau topik tersebut. Apabila seseorang membuat suatu tulisan, maka
tidak akan luput dari pembentukan paragraf. Tentunya paragraf yang diharapkan
adalah paragraf yang baik, yaitu paragraf yang mampu memberikan informasi yang
lengkap dan mudah dipahami oleh pembaca. Untuk itu, seorang penulis haruslah
benar-benar mengetahui fungsi paragraf tersebut, seperti pernyataan Semi
(1997:55),
Fungsi paragraf dalam suatu tulisan adalah,
1. Memudahkan pengertian san
pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema dengan yang lain; karena
setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran.
2. Memisahkan dan menegaskan
pengertian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan pembaca berhenti lebih
lama dari perhentian di akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama
memungkinkan terjadinya pemusatan pikiran terhadap tema atau topik yang diungkapkan
paragraf.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
paragraf itu berfungsi untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap tema yang
akan disampaikan penulis kepda pembaca atau berfungsi sebagai pengarah
konsentrasi pembaca terhadap apa yang sedang dibacanya. Maksudnya, paragraf
sebagai penyampai ide atau gagasan pikiran yang keseluruhannya disusun secara
sistematis membuat penulis atau pembaca mudah memahaminya dan mengetahui batas
serta hubungan antara satu pokok pikiran dengan pokok pikiran yang lain.
Manfaat paragraf bagi penulis adalah Bagi penulis
paragraf dapat dijadikan alat untuk menjelakan kepada pembaca tentang maksud
dari ide pokok yang dia utarakan. Manfaat paragraf bagi pembaca adalah Bagi
pembaca paragraf dapat dijadikan alat untuk menggali informasi lebih dalam
suatu ide pokok.
UNSUR-UNSUR ALINEA
Paragraf merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang
terdiri atas seperangkat kalimat yang digunakan oleh pengarang sebagai alat
untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikiran kepada pembaca.Agar jalan
pikiran tersebut dapat diterima dengan baik dan jelas, paragraf harus disusun
secara sistematis dan logis.
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat
terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau
kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
CIRI-CIRI KALIMAT UTAMA
Kalimat topik merupakan mayor point, main idea, central
idea, atau topic sentence.Kalimat topik merupakan pikiran utama, pokok pikiran,
ide pokok, atau kalimat pokok.Kalimat topik merupakan perwujudan ide pokok
paragraf dalam bentuk umum atau abstrak.Letak kalimat topik dapat di awal
paragraf, tengah paragraf, dan akhir paragraf.
Cirri-cirinya :
1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan
lebih lanjut.
2. Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
3. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan
kalimat lain.
4. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
CIRI-CIRI KALIMAT PENEJELAS
Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf
adalah kalimat pengembang.Susunannya tidak sembarangan.Urutan kalimat
pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti
hakikat ide pokok.Pengembangan kalimat topik yang bersifat kronologis biasanya
menyangkut hubungan antara benda atau kejadian. Urutannya masa lalu-kini-dan
masa yang akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak
(spasial), biasanya menyangkut hubungan antara benda, peristiwa, atau hal
dengan ukuran jarak.Urutannya dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih
jauh-jauh- dan paling jauh.Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan
sebab-akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian
diikuti akibatnya, atau sebaliknya.Penyusunan urutan kalimat pengembang yang
berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga, dan
seterusnya.
Ciri-cirinya :
1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri
sendiri.
2. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan
kalimat lain dalam satu alinea.
3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung
atau frasa penghubung atau kalimat transisi.
4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain
yang bersifat mendukung kalimat topik
SYARAT PARAGRAF
Paragraf yang efektif harus
memenuhi dua syarat ,yaitu adanya kesatuan dan kepaduan.
1) Kesatuan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai
kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan satu ide pokok
,satu topik / masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang
menyimpang dari masalah yang sedang di bicarakan, berarti dalam paragraf itu
terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
2) Kepaduan paragraf
Seperti halnya kalimat efektif , dalam
paragraph ini juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Kepaduan paragraf
akan terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancer serta logis. Untuk
itu, cara repetisi, jasa kata ganti dan kata sambung, serta frasa penghubung
dapat dimanfaatkan. Selengkapnya mengenai syarat
paragraf.
Pengembangan paragraf sangat
berkaitan erat dengan posisi
kalimat topik karena kalimat topiklah yang mengandung inti
permasalahan atau ide utama paragraf. Pengembangan paragraph deduktif,
misalnya, yang menempatkan ide/gagasan utama pada awal paragraf, pasti berbeda
dengan pengembangan paragraf induktif yang merupakan kebalikan dari paragraf
deduktif. Demikian juga dengan tipe paragraf yang lainnya.
Selain kalimat topik, pengembangan
paragraf berhubungan pula dengan fungsi paragraf yang akan dikembangkan:
sebagai paragraf pembuka, paragraf pengembang, atau paragraf penutup. Fungsi
tersebut akan mempengaruhi pemilihan metode pengembangan karena misi ketiga
paragraf tersebut dalam karangan saling berbeda .
Metode pengembangan paragraf akan bergantung pada sifat informasi yang
akan disampaikan,yaitu: persuasive, argumentatif, naratif, deskriptif, dan
eksposisi. Metode tersebut sudah pasti digunakan untuk mengembangkan alinea
argumentatif, misalnya akan berbeda dengan naratif.
Setelah mempertimbangkan factor
tersebut barulah kita memilih salah satu metode pengembangan paragraf yang
dianggap paling tepat dan efektif. Diantara banyak metode pengembangan paragraf
yang terdapat di dalam buku – buku komposisi, disini diangkat enam metode yang
umum dipakai untuk mengembangkan alinea dalam penulisan karangan. Metode yang
dimaksud adalah : metode definisi, metode contoh, metode sebab-akibat, metode
umum khusus, dan metode klasifikasi.
Didalam mengarang, keenam metode
pengembangan paragraf tersebut dapat dipakai silih berganti sesuai dengan
keperluan mengarang si penulisnya.
1) Metode Definisi
Yang dimaksud dengan definisi adalah
usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsepistilah tertentu. Untuk dapat
merumuskan definisi yang jelas, penulis hendaknya memperhatikan klasifikasi
konsep dan penentuan cirri khas konsep tersebut. Satu hal yang perlu diingat
dalam membuat definisi, kita tidak boleh mengulang kata atau istilah yang kita
definisikan di dalam teks definisi itu
2) Metode Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai
metode proses apabila isi alinea menguraikan suatu proses. Proses ini merupakan
suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu. Bila urutan atau tahap – tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang
berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali
peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja
suatu mesin , misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa
sejarah.
3) Metode Contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan
ilustrsi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan
penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.
4) Metode Sebab-Akibat
Metode sebab-akibat atau
akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat
yang ditimbulkannya, atau sebaliknya. Factor yang terpenting dalam metode
kausalitas ini adalah kejelasan dan kelogisan. Artinya, hubungan kejadian dan
penyebabnya harus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan pikiran
manusia. Metode kausalitas atau sebab-akibat umumnya tampil di tengah karangan
yang berisi pembahasan atau analisis. Sifat paragrafnya argumentative murni
atau dikombinasikan dengan deskriptif ata eksposisi.
5) Metode Umum-Khusus
Metode umum-khusnya dan khusus-umum
paling banyak dipakai untuk mengembangkan gagasan paragraf agar tampak teratur.
Bagi penulis pemula, belajar menyusun paragraf dengan metode ini adalah yang
paling disarankan. Pertimbangannya, di samping mengembangkan urutan umum-khusus
relative lebih gampang,juga karena model inilah yang paling banyak dipakai
dalam karangan ilmiah dan tulisan eksposisi seperti arikel dalam media massa.
6) Metode Klasifikasi
Bila kita akan mengelompokan
benda-benda atau non benda yang memiliki persamaan ciri seperi sifat, bentuk,
ukuran, dan lain-lain, cara yang paling tepat adalah dengan metode klasifikasi.
Klsifikasi sebenarnya bukan khusu untuk persamaan factor tersebut di atas,
tetapi juga untuk perbedaan. Namun, pengelompokan tidak berhenti pada
inventarisasi persamaan dan perbedaan. Setelah dikelompokan, lalu dianalisis
untuk mendapatkan generalisasi, atau paling tidak untuk diperbandingkan atau
dipertentangkan satu sama lainnya.
Paragraf memiliki banyak ragamnya.
Untuk membedakan paragraf yang satu dari paragraf yang lain berdasarkan
kelompoknya,yaitu : jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya, menurut
sifat isinya, menurut fungsinya dalam karangan.
1) Jenis paragraf menurut posisi kalimat topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama
paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan
kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat
topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam,
yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif,
paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat
pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang
menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang
terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan
tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang
atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering
berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak
pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang
penyakit."
Contoh paragraf deduktif
" Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap
sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan.
Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S.
Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada
kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to
door”.
B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan
dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang
menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok
pembicaraan.
Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar.
Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak
Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada
kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka
memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep,
175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa
Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif ."
" Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas
disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak
orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat
juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka
seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir
kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi
terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh
masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas
banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di
sekitarnya."
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan
pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif.
Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan
utama yang terdapat pada awal paragraf.
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia
memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah
lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit
yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli.
Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah
berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan
rakyat."
D. Paragraf penuh kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun
paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi
kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya
menentukan kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama
penting. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat
dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh kalimat topik :
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan
rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah
terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah.
Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."
2) Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat
bermacam-macam bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta
sifat informasi yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan
isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf
adalah pekerjaan mengarang juga.
Berdasarkan
sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam,yaitu:
o Paragraf Persuasif : adalah isi paragraf
mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf
persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan,terutama majalah dan Koran .
Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam
karangan ilmiah seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif
sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya,
agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan
oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu
kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
o Paragraf argumentasi : adalah isi paragraf membahas
satu masalah dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur
merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan
wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan
MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk
memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 20010.”
o Paragraf naratif : adalah isi paragraf menuturkan
peristiwa atau keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan
lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 –
16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai
kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”
o Paragraf deskritif : adalah paragraf yang melukiskan
atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga
chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark
red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini
juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat
memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses
mencuci”.
o Paragraf eksposisi : adalah paragraf yang memaparkan
sesuatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di
Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di
Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat
Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra
yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk
melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun
1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
3) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat
dibedakan menjadi 3 , yaitu:
1) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek
pokok pembicaraan dalam karangan .
Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus
di fungsikan untuk:
1. menghantar pokok pembicaraan
2. menarik minat pembaca
3. menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi
seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi
tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka memegang peranan yang sangat
penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk
yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
1. kutipan, peribahasa, anekdot
2. pentingnya pokok pembicaraan
3. pendapat atau pernyataan seseorang
4. uraian tentang pengalaman pribadi
5. uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. sebuah pertanyaan.
2) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok
pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea
pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1.mengemukakan inti persoalan
2. memberikan ilustrasi
3. menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf
berikutnya
4. meringkas paragraf sebelumnya
5. mempersiapkan dasar bagi simpulan.
3)Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian
karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan
pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup
dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal
sebagai berikut :
1. sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlslu
psnjsng
2. isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3. sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan
paragraf ini dpat menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
SUMBER :
http://ellopedia.blogspot.com/2010/09/paragraf.html
http://pradana-arya.blogspot.com/2012/10/alinea-atau-paragraf.html
sucirsc17.blogspot.com/2012/11/makalah-penulisan-paragraf.html
http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/02/pengertian-paragraf.html
http://ben-ni.blogspot.com/2008/11/pemahaman-tentang-paragraf.html
Selasa, 29 Oktober 2013
KALIMAT EFEKTIF
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar
atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku
tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran
kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel),
dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri
atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau
wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh,
sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai
berikut ini:
a. Ayahku sedang
melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju
batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan
badan.
e. Membangun jalan
layang sangat mahal.
Kata-kata
yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh
klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa
Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi
S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju
batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun
jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk
pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada
awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara
bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)…
kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S.
Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu
tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak
ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi
siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di
sini melayani obat generic.
c. Memandikan
adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat
karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang
masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b)
dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu
melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau
benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan
subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri
S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa,
sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. katameringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok katasedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada
kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada
kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada
kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat
(f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g)
memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a. Adik saya yang
gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang
terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang
terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis
persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang
berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan
kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal
sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang
tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c)
tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada
contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek
pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak
menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada
contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan
melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan.
Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut
tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika
kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di
belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina
Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan
oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu
menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran
itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi
seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga
sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama
diisi oleh nominaPancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang
bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a)
menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai
Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat
pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain
yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di
belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O
sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah
beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji
membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan
Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu
mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi
kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku
membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
|
3.
|
Alat
|
dengan
|
Dengan pisau, dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
|
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
|
C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus
memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja
membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Benar)
Tidak
terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli
sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah
ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata
yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba.
Contoh:
Contoh:
a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata
yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang
perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan
itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah
kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju
warna merah.
b. Di mana engkau
menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya
membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia
bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa
badannya.
b. Sejak pagi dia
bermenung.
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang
sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
· Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan
pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak
terpecah-pecah.
a. Kalimat yang
padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang
dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu
mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang
padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
D. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca
atau penulisnya.
E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki
kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk
yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri
dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan.
Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat
papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun
terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai
unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain
tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah
ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan
terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya
adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa
selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
Langganan:
Postingan (Atom)