Senin, 19 Maret 2012

TINJAUAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL DAN MODERN DARI ASPEK GLOBALISASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini masyarakat dunia, termasuk Indonesia, sedang masuk dalam era globaliasi. Meruntut waktu, dalam lima tahun belakangan ini kita, terutama saya sering sekali mendengar kata “Globalisasi” baik itu dalam media massa ataupun melalui percakapan sehari-hari, entah percakapan itu dilakukan oleh para ahli atau oleh para ibu-ibu tetangga di sekitar tempat tinggal saya. Singkatnya kata “Globalisasi” sepertinya sudah menjadi milik umum meski entah berapa persen dari masyarakat yang betul-betul memahami pengertian dari globalisasi itu sendiri.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan.
Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu  pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.
Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.
Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global.
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa.  Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.  Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.  Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam  arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita.
Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.
Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan lewat imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.

1.2 Tujuan
Pada dasarnya suatu makalah dan pembuatan makalah memiliki tujuan tersendiri. Adapun tujuan dari makalah dan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Tujuan Makalah
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan para mahasiswa.
2. Agar mahasiswa dapat mengamati dan menganalisis tentang Tinjauan Kebudayaan Tradisional dan Modern dari Aspek Globalisasi.
B. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Sebagai sarana latihan membuat makalah bagi para mahasiswa.
2. Penulis berharap makalah ini dapat menjadikan tambahan pengetahuan dan informasi bagi para pembaca.
1.3 Rumusan Masalah
Laporan makalah ini akan menuliskan tentang:
1. Apa itu Globalisasi
2. Bagaimana Globalisasi dan budaya.
3. Perubahan Budaya
1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini pasti memiliki manfaat, yaitu menambah pengetahuan mahasiswa dan pembaca tentang Tinjauan Kebudayaan Tradisional dan Modern dari Aspek Globalisasi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits & Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Herkovits turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus.Walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian & kelahiran.
Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berartti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan & mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajar, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
Seorang Antropolog yaitu E.B.TAYLOR (1871) menurutnya,Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan & Soelaeman Soemardi,Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta karya.
Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan & karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
Jenis-Jenis Kebudayaan :
Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.

2. Tinjauan Kebudayaan Tradisional dari Aspek Global
Globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.

B. PEMBAHASAN MASALAH
1. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja  khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.  Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.  Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir  yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

C. KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Kebudayaan tradisional dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang berasal sebelum terbentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal berasal dari seluruh kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia merupakan integral daripada kebudayaan Indonesia. Ada beraneka ragam kebudayaan Indonesia seperti misalnya tarian. Berbagai macam tarian di Indonesia. Contoh : Kuda lumping (Jawa), Kecak (Bali), Saman (Aceh), Jaipong (Sunda), dll.
Dalam kebudayaan terjadi pula proses saling mempengaruhi maksudnya merupakan suatu gejala wajar dalam interaksi dengan masyarakat lain / kelompok lain yang mendiami Indonesia. Bahkan sebelum Indonesia terbentuk telah mengalami proses mempengaruhi dan dipengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat penting dalam kebudayaan. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah.
Kebudayaan tradisional memiliki nilai budaya yang banyak bersumber dari agama-agama yang lahir di dunia timur. Di dunia timur dicari keharmonisan dengan alam, sebab alam memberi kehidupan, memberi makan, tempat ibadah, bahan untuk seni dan sains.
D. KEBUDAYAAN MODERN
Kebudayaan modern yang disebut juga kebudayaan barat ini bermula dari jaman “Reneisance”. Ketika itu Vasco da Gama sebagai wakil kebudayaan barat mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah baru, termasuk di Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondong-bondong ke Asia mengelilingi Afrika dan mendarat di Kalikut, maka terbentanglah bagi seluruh Asia sejarah baru, termasuk di Indonesia. Sejak saat itulah banyak negara maju dan modern berbondong-bondong ke Asia temasuk Indonesia dan membuat sengsara karena berawal untuk perdagangan namun berubah menjadi penjajahan. Dan karena kedatangan bangsa modern itulah akhirnya di Indonesia sejumlah pemudanya menghirup ilmu modern termasuk pendidikan sehingga melahirkan kebudayaan modern.
Selain itu, pertemuan dengan negara-negara modern memperkenalkan unsur-unsur budaya seperti ilmu pengetahuan, sistem ekonomi, peralatan, bahasa, kesenian dan agama. Disamping itu mereka (bangsa modern) juga memperkenalkan huruf dan tulisan latin yang merupakan unsur penting bagi terbukanya komunikasi internasional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan barat atau kebudayaan modern besar sekali sumbangannya bagi masyarakat Indonesia. pengaruh kebudayaan modern sangat nyata dengan adanya proses modernisasi.
Pada perkembangan kebudayaan modern cenderung lebih mengutamakan dunia objektif daripada pada rasa, sehingga hasil pola pemikiran mampu membuahkan sains & teknologi. Bahkan hingga saat ini terbukti bahwa kebudayaan modern lebih unggul daripada kebudayaan tradisional yang cenderung mundur. Pada kebudayaan modern cara berfikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan hidup sehingga tidak cocok dengan cara berpikir untuk meninjau makna hidup dan pikiran masyarakat kita makin berkurang karena pada kebudayaan modern mengunggulkan cara pikir analitis rasional.
Menurut To Thi Anh ada 3 nilai penting yang mendasari kebudayaan modern, antara lain :
1. Martabat Manusia
2. Kebebasan, dan
3. Teknologi
3 (tiga) macam kebudayaan modern yaitu :
1. Kebudayaan Teknologi Modern
Kebudayaan teknologi modern merupakan anak kebudayaan modern. Akan tetapi, meskipun kebudayaan teknologi modern jelas menentukan wujud barat, kebudayaan teknologi modern sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masalah non barat seperti misalnya pada bangsa Jepang. Kebudayaan modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyatuan simplistik, begitu pula penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kecanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya menunjukkan kecanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam keadaan dominan yang diambil oleh sains dan teknologi dalam hidup masyarakat. Misalnya media komunikasi sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam alat-alat rumah tangga serta persenjataan modern. Kebudayaan teknologi modern sendiri secara mencolok bersifat instrumental.
2. Kebudayaan Modern Tiruan
Kebudayaan modern itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan teknologi modern. Akan tetapi hanya mencakup kepemilikan simbol-simbol lahiriah saja. Misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, supermarket (mall), dan Kentucky Fried Chicken (KFC). Di lapangan terbang orang dikelilingi hasil teknologi tinggi yang bergerak dalam dunia buatan. Contohnya : duty freeshot, tangga berjalan, pesawat terbang. Semua teknologi tersebut merupakan artificial dimana di seluruh dunia tidak ada yang sama. Tidak ada hubungan batin.
Kebudayaan tiruan hidup dari ilusi bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil teknologi modern maka menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial tidak mengembangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malah semakin kosong karena kita semakin menjauh dari diri sendiri. Kita semakin memberikan diri kita untuk dikemudikan budaya lain seperti pada selera kita, kelakuan, pakaian, penilaian, rasa kagum yang semua itu telah dimanipulasikan. Itulah sebabnya pada kebudayaan ini tidak nyata melainkan tiruan / blasteran. Anak kebudayaan tiruan / blasteran ini adalah konsumerisme.
3. Kebudayaan Barat
Kebudayaan blasteran. Kebudayaan blasteran itu memang vitalitas. Budaya ini mengancam negara Jerman, Prancis, dan sebagian eropa. Dalam kebudayaan ini orang yang tersenggol sedikit dengan budaya barat belum tentu menjadi orang modern, dengan kata lain budaya barat tidak ”wajib” dijadikan tolok ukur kebudayaan modern.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dunia sekarang ini sedang menuju ke sebuah dunia yang sangat modern dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan pada akhirnya manusia akan hidup dengan lebih simpel karena semua peralatan manusia yang canggih tersebut. Manusia akan hidup tanpa bersusah payah seperti jaman dahulu. Kehidupan Modern yang berawal dari barat akan terus mengakar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sehingga terjadi kebudayaan baru seperti asimilasi dan akulturasi.
Kemudian kebudayaan yang telah ada seperti kebudayaan tradisional akan tergeser bahkan akan hilang terganti oleh kebudayaan baru/ modern. Orang-orang akan lebih mengandalkan kebudayaan baru dan meninggalkan kebudayaan tradisional karena dianggap kebudayaan itu adalah kebudayaan yang kuno dan pantas di tinggalkan.
Jadi keberadaan kebudayaan tradisional saat ini sangat mengkhawirkan. Kita sebagai penerus bangsa harus dapat melestarikan budaya sendiri, budaya tradisional. Jangan sampai budaya itu punah tertelan waktu yang ke era globalisasi.

Bottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar